PERANAN ORANG
TUA SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA
Oleh: Adrianus Andika Richardo
Mother Teresa: Bagi para orang tua: Anak-anak perlu
sekali belajar dari ayah dan ibu mereka bagaimana saling mencintai satu
sama lain. Mereka belajar hal itu bukan dari sekolah, bukan dari guru melainkan
dari kalian. Kalian perlu juga memberi pengertian kepada anak-anak tentang
kegembiraan yang berasal dari seulas senyum. Dalam keluarga pasti akan terjadi
banyak kesalahpahaman. Jadilah selalu orang yang pertama untuk memberi
pengampunan dengan seulas senyum.
Hakikat kelurga
Departemen Kesehtan (1988), kelurga
adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas
kepala kelurga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dan
saling bergantungan. Pemahaman itu menujukan anggota keluarga seyogyanya saling
bembutuhkan satu dengan yang lainya.
Istilah broken home menujukan
pemahaman sacara harafiah bahwa keluraga yang tidak utuh adalah kelurga yang
memiliki “cela” atau “retak“ hubungan antar anggotanya. Sedangkan BKKBM (1999)
mendefinisikan keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
material yang layak, bertawa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota kelurga dan masyarakat serta lingkungan. Lebih lanjut, Narwoko dan Suyanto, (2004)
menyebutkan keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau
pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga
merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari
kegiatan dalam kehidupan individu”.
Dari beberapa paham mengenai keluraga di atas, dapat
kita tarik simpulan bahwa kelurga adalah adalah lembaga sosial dasar yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh ikatan perkawinan yang sah
dan saling bergantungan antara anggota kelurga tersebut. Oleh karena itu, sudah
jelas bahwa anggota kelurga yang terdiri dari orang tua dan anak sudah barang
tentu saling bergantungan dan memiliki hubungan yang erat. Anak dipengaruhi
oleh orang tua, begitu juga sebaliknya orang tua dipengaruhi oleh kehadiran
anak. Segala bentuk pengaruh tersebut baik dalam bidang agama, sikap hidup,
sosial dan lain-lain akan terus berpengaruh kepada tindakan anak.
Keluarga sebagai
“Sekolah Pertama”

Proses pendidikan dapat terjadi dalam
tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini
harus bekerja sama dan saling mendukung untuk hasil yang maksimal untuk
membentuk kepribadian seorang anak. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pertama dalam pembentukan sikap anak. Di sinilah proses pendidikan berawal,
dimana orang tua adalah guru pertama bagi anak. Lingkungan pertama yang
berperan bagi pendidikan anak adalah keluarga. “Sekolah Pertama” artinya tempat
atau wadah untuk memberi pengetahuan kepada anak yang paling utama. Anak akan
memperoleh ilmu dari proses interaksi sehari-hari antara anak dengan orang tua.
Dalam keluarga, anak dilahirkan, dirawat dan dibesarkan. Peroses kehidupan
sehari-hari yang merupakan bentuk interaksi antara orang tua terebut dengan
terus direkam oleh pikiran anak serta akan mempergaruhinya dalam menyikapi
sesuatu. Lalu, bagaimana peran keluarga dalam pendidikan anak? Apa yang harus
dilakukan keluarga untuk mendukung pendidikan anak?
.
Peran Keluarga
dalam Pendidikan Anak
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya yang kiranya dapat mengantar
pemahaman pembaca terhadap pentingnya peran keluraga terhadap pendidikan anak.
Kala itu saya iseng
dan tidak pernah membayangkan apa yang saya saksikan dan saya dengar akan
menjadi sangat berguna. Ya, pada saat itu saya diminta oleh seorang biarawan
untuk sekadar menemani beliau memberi seminar dalam rangka hari ulang tahun
ibu-ibu santa monika. Perkumpulan ibu-ibu santa monika adalah sebuah kelompok
janda yang memiliki keinginan yang sama untuk sekadar berbagi pengalaman hidup
dan mendalami cara hidup Kristiani. Tema seminarnya adalah “Peran Orang Tua
sebagai Pendidik Pertama dan Utama”. Entah dari hasil berpikir yang serius atau
iseng berpikir. Terpental dipikiran saya pertanyaan demikian. Mengapa
janda-janda dan wanita yang belum pernah menikah itu memilih materi seminar
tersebut. sederhana jawaban biarawan itu, mereka akan menceritakan apa yang
mereka dengar kepada anak dari adiknya, kakak, bahkan teman-temanya yang
berkeluarga
Persoalan di atas menunjukan betapa pentingnya peran
kelurga dalam pendidikan anak, bahkan seorang janda dan wanita yang berkomitmen
tidak menikah selamanya pun menyadari betul pentingya peran orang tua dalam
mendidik anak. Kelurga merupakan pihak pertama yang baik secara langsung maupun
tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dan sikap anak. Oleh karena itu
perlau adanya kehati-hatian kelurga dalam membentuk karakter anak. Pertanyaan
yang muncul, apa yang bentuk kehati-hatian kelurga dalam mendidik anak?
Pertanyaan ini sekaligus sedikit memberi gambran mengenai peran kelurga
terhadap pendidikan anak. Bentuk kehati-hatian tesebut dapat dituangkan dengan
cara mengajarakan nilai-nilai kearifan kepada anak. Bebrapa nilai kearifan yang
perlu diajarkan antara lain:
Kesederhanaan
Orang tua perlu mengajarkan nilai
kesederhanaan. Sikap sederhana misalnya,
tidak mengagungkan harta benda, tetapi menggunakan harta benda sebagai sarana
untuk memperkembangkan hidup. Manusia lebih bernilai dari barang atau materi
karena ia diciptakan secitra dengan Allah.
Keadilan
Keadilan adalah nilai yang terkait
langsung dengan kesederhanaan. Perpecahan, konflik, sentiment pribadi atau
kelompok sering muncul sebagai akibat langsung dari ketidak adilan. Orang
merasa bahwa hak dan kewajibannya sebagai manusia tidak diakui, atau tidak
dihormati sebagaimana mestinya. Fakta
menunjukkan bahwa ketika keserakahan (lawan dari kesederhanaan) muncul maka
akan muncul pula ketidakadilan.
Nilai Moral
Di samping itu kepada anak-anak perlu
diajarkan nilai moral, yaitu seperangkat nilai yang pada dasarnya memberikan
kerangka acuan hal yang baik dan benar, hal yang seharusnya dilakukan dan hal
yang buruk yang harus dihindarkan.
Nilai Iman
Orang tua dengan keyakinan yang mantap
menularkan iman yang sama kepada anak-anaknya agar mereka berada dalam
rangkulan rohani yang sama. Oleh karena itu setiap Kepercayaan menganjurkan
agar orang tua sejak dini sudah memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dengan
menanamkan keutamaan-keutamaan religius kepada mereka: rasa tertarik dan cinta
kepada Tuhan, rasa sayang kepada makhluk ciptaan, menumbuh-kembangkan kebiasaan
berdoa.
Anak Begini...
Anak Begitu....; Salah Siapa?
Sering kita mendengar keluhan orang tua
kepada anaknya. Mereka mengatakan: “Kok anak saya itu begini… begitu... tidak
tahu siapa yang mengajarkannya”? Siapa
sebenarnya yang berperanan paling besar dalam pendidikan karakter anak?
Children
See Children Do
Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak-gerik
dan tingkah laku mereka sehari-hari, yang setiap saat dilihat, dirasakan dan
didengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka. Anak cenderung melakukan
hal yang sudah pernah dilihatnya.
Anak-anak dalam keluarga, sangat kuat
proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara
berpikir dan cara menyikapi suatu keadaan. Faktor keteladanan, faktor
pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana atau alat
pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Misalnya materi yang diterima anak baik,
sebuah keluarga yang harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang,
secara otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer ke dalam diri anak.
Saat itulah orang tua telah menjadi guru yang baik bagi anaknya. Namun, jika
materi yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah
tangga, perhatian dan kasih sayang yang kurang karena orang tua sibuk bekerja,
ucapan yang tidak baik. Di saat seperti itu orang tua telah gagal menjadi guru
pertama dan utama bagi anak.
Strategi yang
dapat digunakan untuk mengembangkan moral dan ketrampilan anak
1. Bantulah
anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
2. Bantulah
anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
3. Jadilah
figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
4. Beri
semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.