Selasa, 17 Mei 2016

TENTANG KESETIAAN











TENTANG KESETIAAN
Karya:  Adrianus Andika .R

Seperti apa kesetiaan itu?
Entahlah, siapa yang tau!
Ku coba merangkai istilah,
tapi mana ku tahu..
Seolah tiada kata mampu menjelaskan,
atau mungkin tak ada lagi kata dibenakku
Seperti apa rupa-nya juga,
aku tak pernah mengira

Ah...
Kenapa aku harus menerka
Bukankah itu tidak semata soal makna
Tapi bagaimana kesetiaan itu sendiri
Hadir dalam hati,
itulah kesetiaan
harus sejalan



Pontianak, 16 Mei  2016
 




 



Kamis, 28 April 2016

PERANAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA



PERANAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA
Oleh: Adrianus Andika Richardo

Mother Teresa: Bagi para orang tua: Anak-anak perlu  sekali belajar dari ayah dan ibu mereka bagaimana saling mencintai satu sama lain. Mereka belajar hal itu bukan dari sekolah, bukan dari guru melainkan dari kalian. Kalian perlu juga memberi pengertian kepada anak-anak tentang kegembiraan yang berasal dari seulas senyum. Dalam keluarga pasti akan terjadi banyak kesalahpahaman. Jadilah selalu orang yang pertama untuk memberi pengampunan dengan seulas senyum.
                                                                      Hakikat kelurga

Departemen Kesehtan (1988), kelurga adalah unit terkecil dari  masyarakat  yang terdiri atas kepala kelurga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dan saling bergantungan. Pemahaman itu menujukan anggota keluarga seyogyanya saling bembutuhkan satu dengan yang lainya.  Istilah broken home menujukan pemahaman sacara harafiah bahwa keluraga yang tidak utuh adalah kelurga yang memiliki “cela” atau “retak“ hubungan antar anggotanya. Sedangkan BKKBM (1999) mendefinisikan keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertawa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota kelurga dan masyarakat serta lingkungan. Lebih lanjut, Narwoko dan Suyanto, (2004) menyebutkan keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu”.
Dari beberapa paham mengenai keluraga di atas, dapat kita tarik simpulan bahwa kelurga adalah adalah lembaga sosial dasar yang terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh ikatan perkawinan yang sah dan saling bergantungan antara anggota kelurga tersebut. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa anggota kelurga yang terdiri dari orang tua dan anak sudah barang tentu saling bergantungan dan memiliki hubungan yang erat. Anak dipengaruhi oleh orang tua, begitu juga sebaliknya orang tua dipengaruhi oleh kehadiran anak. Segala bentuk pengaruh tersebut baik dalam bidang agama, sikap hidup, sosial dan lain-lain akan terus berpengaruh kepada tindakan anak.

Keluarga sebagai “Sekolah Pertama”

Proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan saling mendukung untuk hasil yang maksimal untuk membentuk kepribadian seorang anak. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam pembentukan sikap anak. Di sinilah proses pendidikan berawal, dimana orang tua adalah guru pertama bagi anak. Lingkungan pertama yang berperan bagi pendidikan anak adalah keluarga. “Sekolah Pertama” artinya tempat atau wadah untuk memberi pengetahuan kepada anak yang paling utama. Anak akan memperoleh ilmu dari proses interaksi sehari-hari antara anak dengan orang tua. Dalam keluarga, anak dilahirkan, dirawat dan dibesarkan. Peroses kehidupan sehari-hari yang merupakan bentuk interaksi antara orang tua terebut dengan terus direkam oleh pikiran anak serta akan mempergaruhinya dalam menyikapi sesuatu. Lalu, bagaimana peran keluarga dalam pendidikan anak? Apa yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung pendidikan anak?
.
Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya yang kiranya dapat mengantar pemahaman pembaca terhadap pentingnya peran keluraga terhadap pendidikan anak.
Kala itu saya iseng dan tidak pernah membayangkan apa yang saya saksikan dan saya dengar akan menjadi sangat berguna. Ya, pada saat itu saya diminta oleh seorang biarawan untuk sekadar menemani beliau memberi seminar dalam rangka hari ulang tahun ibu-ibu santa monika. Perkumpulan ibu-ibu santa monika adalah sebuah kelompok janda yang memiliki keinginan yang sama untuk sekadar berbagi pengalaman hidup dan mendalami cara hidup Kristiani. Tema seminarnya adalah “Peran Orang Tua sebagai Pendidik Pertama dan Utama”. Entah dari hasil berpikir yang serius atau iseng berpikir. Terpental dipikiran saya pertanyaan demikian. Mengapa janda-janda dan wanita yang belum pernah menikah itu memilih materi seminar tersebut. sederhana jawaban biarawan itu, mereka akan menceritakan apa yang mereka dengar kepada anak dari adiknya, kakak, bahkan teman-temanya yang berkeluarga
Persoalan di atas menunjukan betapa pentingnya peran kelurga dalam pendidikan anak, bahkan seorang janda dan wanita yang berkomitmen tidak menikah selamanya pun menyadari betul pentingya peran orang tua dalam mendidik anak. Kelurga merupakan pihak pertama yang baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dan sikap anak. Oleh karena itu perlau adanya kehati-hatian kelurga dalam membentuk karakter anak. Pertanyaan yang muncul, apa yang bentuk kehati-hatian kelurga dalam mendidik anak? Pertanyaan ini sekaligus sedikit memberi gambran mengenai peran kelurga terhadap pendidikan anak. Bentuk kehati-hatian tesebut dapat dituangkan dengan cara mengajarakan nilai-nilai kearifan kepada anak. Bebrapa nilai kearifan yang perlu diajarkan antara lain:
                                                     Kesederhanaan

Orang tua perlu mengajarkan nilai kesederhanaan.  Sikap sederhana misalnya, tidak mengagungkan harta benda, tetapi menggunakan harta benda sebagai sarana untuk memperkembangkan hidup. Manusia lebih bernilai dari barang atau materi karena ia diciptakan secitra dengan Allah.


Keadilan

Keadilan adalah nilai yang terkait langsung dengan kesederhanaan. Perpecahan, konflik, sentiment pribadi atau kelompok sering muncul sebagai akibat langsung dari ketidak adilan. Orang merasa bahwa hak dan kewajibannya sebagai manusia tidak diakui, atau tidak dihormati sebagaimana mestinya.  Fakta menunjukkan bahwa ketika keserakahan (lawan dari kesederhanaan) muncul maka akan muncul pula ketidakadilan.

                                                   
 Nilai Moral
Di samping itu kepada anak-anak perlu diajarkan nilai moral, yaitu seperangkat nilai yang pada dasarnya memberikan kerangka acuan hal yang baik dan benar, hal yang seharusnya dilakukan dan hal yang buruk yang harus dihindarkan.



Nilai Iman
Orang tua dengan keyakinan yang mantap menularkan iman yang sama kepada anak-anaknya agar mereka berada dalam rangkulan rohani yang sama. Oleh karena itu setiap Kepercayaan menganjurkan agar orang tua sejak dini sudah memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dengan menanamkan keutamaan-keutamaan religius kepada mereka: rasa tertarik dan cinta kepada Tuhan, rasa sayang kepada makhluk ciptaan, menumbuh-kembangkan kebiasaan berdoa.

Anak Begini... Anak Begitu....; Salah Siapa?
Sering kita mendengar keluhan orang tua kepada anaknya. Mereka mengatakan: “Kok anak saya itu begini… begitu... tidak tahu siapa yang mengajarkannya”?  Siapa sebenarnya yang berperanan paling besar dalam pendidikan karakter anak?
Children See Children Do
Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak-gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari, yang setiap saat dilihat, dirasakan dan didengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka. Anak cenderung melakukan hal yang sudah pernah dilihatnya.
Anak-anak dalam keluarga, sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berpikir dan cara menyikapi suatu keadaan. Faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana atau alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Misalnya materi yang diterima anak baik, sebuah keluarga yang harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang, secara otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer ke dalam diri anak. Saat itulah orang tua telah menjadi guru yang baik bagi anaknya. Namun, jika materi yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perhatian dan kasih sayang yang kurang karena orang tua sibuk bekerja, ucapan yang tidak baik. Di saat seperti itu orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi anak.

Strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan moral dan ketrampilan anak
1.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
2.    Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
3.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
4.    Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.