Selasa, 02 Februari 2016



ANALISIS STRUKTURAL TERHADAP CERPEN
 “SUKAB DAN SEPATU” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA


(ADRIANUS ANDIKA RICHARDO)

 
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori struktural mengkaji struktur karya sastra dimana struktur itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan tak dapat dipisah-pisahkan dengan kata lain bagian-bagin pembentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar dari pada struktur itu.
Menurut pikiran strukturalisme karya sastra merupakan hubungan dari pada benda-benda. struktural adalah cara brerpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan struktur. Satu konsep yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa dalam diri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom, yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur.
Kajian struktural yang diterapkan dalam karya sastra, seperti nove, cerpendan lain sebagainya. Dalam makalah ini kajian karya sastra dikhususkan pada karya sastra bentuk cerita pendek (cerpen).
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Diantaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.
Jika kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa sastra (cerpen) telah berperan sebagai pemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan. Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan ajar di kelas tentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup dan menarik.
Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di atas, saya mencoba mengkaji cerpen yang berjudul Sukab dan Sepatu. Dengan harapan, hasil pengkajian ini dapat memberikan solusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran apresiasi sastra (cerpen).

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam bahasan makalah ini sebagai berikut.
1.      Apa tema yang diangkat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
2.      bagaimana alur (plot) cerita dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
3.      Siapa saja tokoh yang berperan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
4.      Bagaimana latar yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
5.      Apakah amanat  yang tersirat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
6.      Bagaimana gaya dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
7.      Bagaimana sudut pandang yang digunakan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
C.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam bahasan makalah ini sebagai berikut.
1.      Mengetahui tema yang cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
2.      Mengetahui bagaimana alur (plot) cerita dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
3.      Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
4.      Mengetahui latar yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
5.      Memahai amanat yang tersirat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
6.      Mengetahui bagaimana gaya dalam menulis cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
7.      Mengetahui sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.

D.    Metode
Adapun Metode yang digunakan dalam analisis kajian struktural pada cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriftif kualitatif adalah merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis data dengan cara mendeskrisikan data yang diperoleh dari informasi yang bersifat kualitatif.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tema Cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Secara etimologis kata tema berasal dari istilah meaning, yang berhubungan arti, yaitu sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif.  Lebih jauh Sudjiman memberikan pengertian bahwa tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (1992:52).
Tema atau pokok persoalan cerpen Sukab dan Sepatu sesungguhnya terletak pada persoalan yang sedang mempertanyakan tetang kesetiaan.

“ceritakanlah padaku tentang kesetiaan”, kata Upik kepada tukang cerita itu. Maka, tukang cerita itu pun bercerita tentang sepatu ( hal 1).
Dengan demikian,  jika kita buat kesimpulan atas fakta di atas maka tema cerpen ini adalah “kesetiaan”.
B.     Alur cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu memiliki struktur. Strukturnya itu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat diuraikan seperti berikut.
1.      Pada bagian awal cerita ini, sang tokoh utama mendapatkan suatu masalah yang menjadi pergulatan batinnya, sekaligus sebagai awal dari permasalahan cerita.
sukab masih tercenung memandang sepatunya. Ia seperti memikirkan sesuatu. Lana seolah bisa membaca pikirannya.
“dijahit apa, solnya diganti, lantas disemir lagi”.
Sukab mengelengkan kepala.
“kamu rupanya memang tidak pernah mencoba berpikir untuk membeli yang baru”( hal 1).
Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa yang kelihatan cerita mulai bergerak dan tebuka adalah karena informasi ini belum tuntas bahkan menimbulkan pertanyaan, mengapa si Sukab berpikir untuk membeli sepatu baru? bagaimana hal itu bisa terjadi? Sehingga ketidakstabilan ini memunculkan suatu pengembangan suatu cerita
2.      Bagian Tengah
Meskipun ketidakstabilan dalam cerita memunculkan suatu pengembangan cerita tetapi bagian tengah tidak dimulai dari ketidakstabilan itu. Justru, bagian tengah dimulai dengan jawaban atas pertanyaan yang muncul, seperti yang disebutkan dalam bagian awal. Jawaban itu sedikitnya menggambarkan suatu konplik, bahwa kenapa si Sukab ingin mengantikan sepatunya dan siapa yang mendukung dan tidak mendukungnya. Data untuk ini seperti berikut:  
“apa salahnya dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika uang seribu bisa jadi satu rupiah. Sekarang ini sepatu lebih dari satu bukan kemewahan. Kalau ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah menunggu sepatu yang lama sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita tidak semiskin-miskin amat?” ( hal 1).
Data konflik ini kemudian diperkuat dengan pemunculan tokoh alur yang menyuruh Sukab untuk memakai sepatu batu, dan meyurunya untuk membuang sepatu yang lama. Datanya sebagai berikut.
“Lho, masih dipakai?”
Sukab tersenyum masam, mengajukan sepatunya.
“Masih enak dipakai,” katanya.
Dhuar! Maya membanting pintu.
“Kamu jangan pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti,” teriak Maya dari dalam,”sudah berapa kali aku minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik sana kamu. Pergi!”(  hal 2).
Karena ingin menghargai sikap Maya yang menginginkan Sukab untuk memakai sepatu baru, maka Sukap pun mengabulkannya, dan memakai sepatu baru yang diberi oleh Maya kepadanya. Tetapi bukan berarti ia harus membuang sepatu lamanya, ia menggunakan sepatu baru hanya ketika pergi kerumah Maya dan kantornya, sebaliknya ia memakai sepatu lama ketika pulang kerumah dan bertemu Lana.
3.      Bagian Akhir
Bagian terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik karena adanya pengetahuan yang didapati dari ahkir cerita. Pengetahuan itu sendiri merupakan arti dari kesetiaan  yang merupakan pertanyaan Upik kepada Pencerita, yaitu. Data berikut menggambarkan hal ini.

Dalam mimpinya, sukab berpikir tentang kesetiaan. Ya, kau sebetulnya orang yang setia, pikirnya. Masalahnya, kepada siapakah aku harus setia? Apakah aku harus tetap memakai sepatu Lama? Apakah aku harus tetap memakai sepatu Baru? Apakah aku harus memakai Sepatu Lama Kiri dan Sepatu Baru Kanan? Tapi bagaimana nanti kata orang? Lagipula apakah sepatu-sepatu mau dipasangkan begitu? Bagaimana kalau tidak usah bersepatu saja? ( hal 4).
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang tidak bisa setia kepada siapa pun, ia hanya setia kepada hidup ( hal 4).
Penyelesaian yang penuh tanda tanya ini agaknya menyisakan pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan kesetiaan yang diceritakan oleh pencerita tersebut
Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur cerpen ini dikelompokkan ke dalam alur maju. Dikatakan demikian karena benar-benar bertumpu pada kisah sebelumnya dan pada akhirnya terdapat jawaban, yang oleh tokoh Sukab kisah itu diceritakan.

C.     Tokoh cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin ada cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang akhirnya menbentuk alur cerita. Rangkaian alur cerita merupakan hubungan yang logis yang terkait oleh waktu.
Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita Para tokoh yang berperan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” terdiri dari dua yaitu tokoh yang merupakan manusia dan tokoh benda.
Meskipun sangat pendek, cerpen ini menggunakan empat pasang tokoh. Dua pasang tokoh manusia dan dua pasang tokoh sepatu.  Tokoh manusia merupakan dua pasang suami istri: Lana dan Sukab serta Maya dan Sukab. Lalu, tokoh dua pasang sepatu: sepatu lama dan sepatu baru.
Tokoh sentral dalam cerita ini adalah Sukab.saat akan berangkat kerja. Saat akan berkerja, Sukab memikirkan bagaimana kalu sepatunya diganti. Tetapi lana berpendapat lain. Sepatu lama itu masih bisa dipakai, meskipun telah digunakan selama tujuh belas tahun. Lana meyakinkan dengan berbuat begitu, sukab dalah orang yang setia, namun Sukab merasa ragu akan dirinya, apakah ia benar orang yang setia. Sementara disisi lain, Maya yang tidak menyukai kalau Sukab memakai sepatu lamanya. Ia bahkan mengancam Sukab untuk tidak boleh pergi kerumahnya kalau masih memakai sepat lama. Sehingga Sukab mengambil keputusan untuk memakai sepatu lama diepan Lana, dan memakai sepatu baru didepan Maya.

D.    Latar cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Dalam suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar dalam cerpen ini terbagi tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
1.      Latar Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya, seperti di dalam rumah, didepan rumah, tempat semir sepatu, seberang jalan raya, di kantor, datanya sebagai berikut:
Ujar lana sambil berlalu “ sudah, berangkat sana. Kalau masih ada kamu aku tidak dapat menyapu.”( hal 1)
Dalam perjalanan, Sukab berpikir tentang sepatu, dan keseriaan. ( hal 1).
“kamu jangan pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti, “sudah berapa kali aku minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik sama kamu. Pergi!”( hal 2).

Sebelum masuk kantor, Sukab meninggalkan sepatunya ditukang sol sepatu diseberang jalan. Ia berjalan sepanjang koridor sambil menenteng kaos kaki. Orang-orang melihatnya berjalan tanpa sepatu. ( hal 2).

2.      Latar waktu
Latar waktu dalam cerpen ini adalah seperti yang terdapat dalam data berikut:
Menjelang senja, seorang mengetuk pintu ruangannya.
“pak ada tamu.”( hal 2).
Malam pun lengkap. Semua orang tertidur. Itulah saat benda-benda mati berbicara. ( hal 3).

Rembulan masih terang. Lawa-lawa beterbangan.
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang tidak bisa setia kepada siapa pun ia hanya setia kepada hidup. ( hal 4)

3.      Latar Sosial
Dalam latar sosial cerpen ini digambarkan dalkam data berikut.
“apa salahnya dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika uang seribu bisa jad seratus rupiah. Sekarang sepatu lebih sari satu bukan kemewahan, kalau ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah menunggu yang lama sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita kan tidak miskin-miskin amat?” (hal 1).

E.     Amanat cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Sukab Dan Sepatu karya Seno Gumira Ajidarma adalah jangan suka membuang barang yang lama yang masih layak pakai, bersikap setia lah pada pilihan kita, setia kepada hidup. Data dari amanat yang diampaikan sebagai berikut.
1.       Jangan suka membuang barang yang sudah lama yang masih layak dipakai. Data pada halaman 3
Dunia kita pun sudah kuno Sukab, tapi manusia selalu berhasil memperbaharuinya kan? Jangan suka membuang barang lama. Habis manis sampah dibuang. Tidak baik begitu
2.      Bersikap setia lah pada pilihan kita.
Sepatu Lama Kiri bergeser mendekati Sepatu lama Kanan.
“Apakan kamu akan tetap setia padaku,” bisiknya.
Sepatu Lama Kanan menangguk-angguka.( hal. 3)
3.      setialah pada hidup kita sendiri
Sepanjang malam Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang tidak bisa setia pada siapa pun ia hanya setia pada hidup.( hal. 4)

F.      Gaya  cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasa disebut sebagai cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang atau sebagai cara pemakaian bahasa spesifik oleh seorang pengarang. Jadi, gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam memilih dan menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat dan ungkapan atau bisa juga disebut majas kata dalam cerita.
Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang atau kata-kata denotasi. Selain itu penggunaan tokoh bukan manusia juga membuat cerita sepenuhnya menampilkan realitas sastra berupa realitas imajiner yang dengan hidup diperankan dua pasang sepatu, menjadikan tokoh bersifat antropomorfisme. Segi penggunaan tokoh semacam ini sangat jarang digunakan dalam sastra Indonesia.

G.    Sudut Pandang ceren “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Sudup pandang adalah bagai mana cara pandang pengarang untuk mengambarkan tokoh yang terdapat dalam cerita atau karya sastra. Sudut pandang yang ditampilkan pengaarang dalan cerpen ini adalah sudut pandang nengan menggunakan orang kedua, yaitu dengan menggunakan nama-nama tokoh sebagai pemeran utama dalam cerita, walaupun ceritanya berupa penceritaan kisah terhadap seseorang yang ingin menggetahui apa arti kesetiaan, tetapi ia tidak menggunakan tokoh aku, melaikan menggunakan peran orang kedua



















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Cerpen Sukab Dan Sepatu karya Seno Gumira Ajidarma ini merupakan sebuah cerpen yang menarik dan baik walaupun isinya singkat. Hal ini  dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran. Adapun hasil analisisnya cerpen ini adalah sebagai berikut.
1.      Unsur-unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema cerpen ini adalah tentang kesetiaan
b.      Amanat
Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen ini adalah jangan bersifat habis manis sampah dibuang, setialah pada pilihan kita, setialah pada diri sendiri.
c.       Latar
Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar alur, dan latar sosial.
d.      Alur
Alur dalam cerpen ini adalah alur maju, karena cerita mengisahkan tentang bangaimana seorang yang ingin mengetahui arti kesetiaan itu, yang pada akhir cerita ditemukan jawaban tersebut.
e.       Tokoh
Cerpen ini menggunakan empat pasang tokoh. Dua pasang tokoh manusia dan dua pasang tokoh sepatu.  Tokoh manusia merupakan dua pasang suami istri: Lana dan Sukab serta Maya dan Sukab. Lalu, tokoh dua pasang sepatu: sepatu lama dan sepatu baru.



1)      Tokoh Lana berprilaku lebih sederhana.
2)      Tokoh Sukab tidak tetap pada pendirian.
3)      Tokoh Maya berprilaku mewah-mewahan.
4)      Sepatu lama bersipat setia.
5)      Sepatu Baru sifatnya hanya bisa mengikuti, tetapi tetap setia.
f.       Gaya
Gaya yang digunakan dalam penulisan cerpen ini adalah seperi gaya konotasi dan hiperbola, serta bersifat antropomorisme.
g.      Sudut pangang yang digunakan dalam cerita adalah orang pertama, yaitu menggunakan nama-nama tokoh.

B.     Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah, ketika membaca suatu cerpen hendaklah kita lebih kritis lagi, sambil menikmati cerita yang disajikan, kita hendaknya juga mengetahui bagai mana unsur-unsur instrinsiknya.
Kepada masyarakat Indonesia, semoga lebih ditingkatkan lagi kegiatan membaca cerpen yang bersifat mendidik karakter bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Sayuti, Suminto A.2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Jogjakarta: Gama Media.
Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar