ANALISIS
STRUKTURAL TERHADAP CERPEN
“SUKAB DAN SEPATU” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
(ADRIANUS ANDIKA RICHARDO)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori struktural mengkaji struktur karya sastra
dimana struktur itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan tak dapat
dipisah-pisahkan dengan kata lain bagian-bagin pembentuknya tidak dapat berdiri
sendiri di luar dari pada struktur itu.
Menurut pikiran strukturalisme karya sastra
merupakan hubungan dari pada benda-benda. struktural adalah cara brerpikir
tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan struktur. Satu konsep yang
menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa dalam diri karya
sastra merupakan suatu struktur yang otonom, yang dapat dipahami sebagai suatu
kesatuan yang bulat. Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian
terhadap analisis unsur-unsur.
Kajian struktural yang diterapkan dalam karya
sastra, seperti nove, cerpendan lain sebagainya. Dalam makalah ini kajian karya
sastra dikhususkan pada karya sastra bentuk cerita pendek (cerpen).
Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis
karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Diantaranya
dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi,
mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan
pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat
berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa
masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik,
pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca
cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur
kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di
dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan
cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh
permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan
tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang
tokoh atau membencinya.
Jika kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa
sastra (cerpen) telah berperan sebagai pemekat, sebagai karikatur dari
kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan. Oleh karena itu, jika cerpen
dijadikan bahan ajar di kelas tentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup
dan menarik.
Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di
atas, saya mencoba mengkaji cerpen yang berjudul Sukab dan Sepatu. Dengan harapan,
hasil pengkajian ini dapat memberikan solusi dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran apresiasi sastra (cerpen).
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam bahasan
makalah ini sebagai berikut.
1. Apa
tema yang diangkat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
2. bagaimana
alur (plot) cerita dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
3. Siapa
saja tokoh yang berperan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya
Seno Gumira Ajidarma.
4. Bagaimana
latar yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
5. Apakah
amanat yang tersirat dalam cerpen yang
berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
6. Bagaimana
gaya dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
7. Bagaimana
sudut pandang yang digunakan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu”
karya Seno Gumira Ajidarma.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam bahasan
makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui
tema yang cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
2. Mengetahui
bagaimana alur (plot) cerita dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu”
karya Seno Gumira Ajidarma.
3. Mengetahui
tokoh-tokoh yang berperan dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya
Seno Gumira Ajidarma.
4. Mengetahui
latar yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
5. Memahai
amanat yang tersirat dalam cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
6. Mengetahui
bagaimana gaya dalam menulis cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno
Gumira Ajidarma.
7. Mengetahui
sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerpen yang berjudul “Sukab dan
Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma.
D. Metode
Adapun Metode yang digunakan dalam analisis kajian
struktural pada cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira
Ajidarma adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriftif
kualitatif adalah merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis data
dengan cara mendeskrisikan data yang diperoleh dari informasi yang bersifat
kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tema
Cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Secara etimologis kata tema berasal dari istilah meaning, yang berhubungan
arti, yaitu sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif. Lebih jauh Sudjiman memberikan
pengertian bahwa tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari
suatu karya sastra (1992:52).
Tema atau pokok persoalan cerpen Sukab dan Sepatu
sesungguhnya terletak pada persoalan yang sedang mempertanyakan tetang
kesetiaan.
“ceritakanlah
padaku tentang kesetiaan”, kata Upik kepada tukang cerita itu. Maka, tukang
cerita itu pun bercerita tentang sepatu ( hal 1).
Dengan demikian, jika
kita buat kesimpulan atas fakta di atas maka tema cerpen ini adalah “kesetiaan”.
B.
Alur cerpen “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira
Ajidarma
Alur menurut Suminto A. Sayuti (2000:31)
diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar
dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan hubungan-hubungan konsolitas itu
memiliki struktur. Strukturnya itu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian tengah, dan bagian akhir. Didalam cerpen ini, struktur plot itu dapat
diuraikan seperti berikut.
1.
Pada bagian awal cerita ini, sang tokoh utama
mendapatkan suatu masalah yang menjadi pergulatan batinnya, sekaligus sebagai
awal dari permasalahan cerita.
sukab
masih tercenung memandang sepatunya. Ia seperti memikirkan sesuatu. Lana seolah
bisa membaca pikirannya.
“dijahit
apa, solnya diganti, lantas disemir lagi”.
Sukab
mengelengkan kepala.
“kamu
rupanya memang tidak pernah mencoba berpikir untuk membeli yang baru”( hal 1).
Berdasarkan data ini tampak jelas bahwa
yang kelihatan cerita mulai bergerak dan tebuka adalah karena informasi ini
belum tuntas bahkan menimbulkan pertanyaan, mengapa si Sukab berpikir untuk membeli
sepatu baru? bagaimana hal itu bisa terjadi? Sehingga ketidakstabilan ini
memunculkan suatu pengembangan suatu cerita
2.
Bagian Tengah
Meskipun ketidakstabilan dalam cerita
memunculkan suatu pengembangan cerita tetapi bagian tengah tidak dimulai dari
ketidakstabilan itu. Justru, bagian tengah dimulai dengan jawaban atas pertanyaan
yang muncul, seperti yang disebutkan dalam bagian awal. Jawaban itu sedikitnya
menggambarkan suatu konplik, bahwa kenapa si Sukab ingin mengantikan sepatunya
dan siapa yang mendukung dan tidak mendukungnya. Data untuk ini seperti
berikut:
“apa
salahnya dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika
uang seribu bisa jadi satu rupiah. Sekarang ini sepatu lebih dari satu bukan
kemewahan. Kalau ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah
menunggu sepatu yang lama sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita tidak
semiskin-miskin amat?” ( hal 1).
Data konflik ini kemudian diperkuat
dengan pemunculan tokoh alur yang menyuruh Sukab untuk memakai sepatu batu, dan
meyurunya untuk membuang sepatu yang lama. Datanya sebagai berikut.
“Lho,
masih dipakai?”
Sukab
tersenyum masam, mengajukan sepatunya.
“Masih
enak dipakai,” katanya.
Dhuar!
Maya membanting pintu.
“Kamu
jangan pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti,” teriak Maya
dari dalam,”sudah berapa kali aku minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik
sana kamu. Pergi!”( hal 2).
Karena ingin menghargai sikap Maya yang
menginginkan Sukab untuk memakai sepatu baru, maka Sukap pun mengabulkannya,
dan memakai sepatu baru yang diberi oleh Maya kepadanya. Tetapi bukan berarti
ia harus membuang sepatu lamanya, ia menggunakan sepatu baru hanya ketika pergi
kerumah Maya dan kantornya, sebaliknya ia memakai sepatu lama ketika pulang
kerumah dan bertemu Lana.
3.
Bagian Akhir
Bagian terakhir cerita ini ternyata menarik. Menarik
karena adanya pengetahuan yang didapati dari ahkir cerita. Pengetahuan itu
sendiri merupakan arti dari kesetiaan
yang merupakan pertanyaan Upik kepada Pencerita, yaitu. Data berikut
menggambarkan hal ini.
Dalam mimpinya,
sukab berpikir tentang kesetiaan. Ya, kau sebetulnya orang yang setia,
pikirnya. Masalahnya, kepada siapakah aku harus setia? Apakah aku harus tetap
memakai sepatu Lama? Apakah aku harus tetap memakai sepatu Baru? Apakah aku
harus memakai Sepatu Lama Kiri dan Sepatu Baru Kanan? Tapi bagaimana nanti kata
orang? Lagipula apakah sepatu-sepatu mau dipasangkan begitu? Bagaimana kalau
tidak usah bersepatu saja? ( hal 4).
Sepanjang malam
Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang
tidak bisa setia kepada siapa pun, ia hanya setia kepada hidup ( hal 4).
Penyelesaian yang penuh tanda tanya ini agaknya
menyisakan pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan kesetiaan yang diceritakan
oleh pencerita tersebut
Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur
cerpen ini dikelompokkan ke dalam alur maju. Dikatakan demikian karena
benar-benar bertumpu pada kisah sebelumnya dan pada akhirnya terdapat jawaban,
yang oleh tokoh Sukab kisah itu diceritakan.
C.
Tokoh cerpen “Sukab dan Sepatu” karya
Seno Gumira Ajidarma
Dalam
pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan
unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin ada
cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang
akhirnya menbentuk alur cerita. Rangkaian alur cerita merupakan hubungan yang
logis yang terkait oleh waktu.
Tokoh menunjuk
pada orangnya, pelaku cerita Para tokoh yang berperan dalam
cerpen yang berjudul “Sukab dan Sepatu” terdiri dari dua yaitu tokoh yang
merupakan manusia dan tokoh benda.
Meskipun
sangat pendek, cerpen ini menggunakan empat pasang tokoh. Dua pasang tokoh
manusia dan dua pasang tokoh sepatu. Tokoh
manusia merupakan dua pasang suami istri: Lana dan Sukab serta Maya dan Sukab.
Lalu, tokoh dua pasang sepatu: sepatu lama dan sepatu baru.
Tokoh
sentral dalam cerita ini adalah Sukab.saat akan berangkat kerja. Saat akan
berkerja, Sukab memikirkan bagaimana kalu sepatunya diganti. Tetapi lana
berpendapat lain. Sepatu lama itu masih bisa dipakai, meskipun telah digunakan
selama tujuh belas tahun. Lana meyakinkan dengan berbuat begitu, sukab dalah
orang yang setia, namun Sukab merasa ragu akan dirinya, apakah ia benar orang
yang setia. Sementara disisi lain, Maya yang tidak menyukai kalau Sukab memakai
sepatu lamanya. Ia bahkan mengancam Sukab untuk tidak boleh pergi kerumahnya
kalau masih memakai sepat lama. Sehingga Sukab mengambil keputusan untuk
memakai sepatu lama diepan Lana, dan memakai sepatu baru didepan Maya.
D.
Latar cerpen “Sukab dan Sepatu” karya
Seno Gumira Ajidarma
Dalam
suatu cerita latar dibentuk melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar dalam
cerpen ini terbagi tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; dan latar
sosial.
1. Latar
Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar fisik. Latar ini
dapat berupa daerah, bangunan, kapal, sekolah, kampus, hutan, dan sejenisnya.
Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh pengarangnya,
seperti di dalam rumah, didepan rumah, tempat semir sepatu, seberang jalan raya,
di kantor, datanya sebagai berikut:
Ujar lana sambil
berlalu “ sudah, berangkat sana. Kalau masih ada kamu aku tidak dapat menyapu.”(
hal 1)
Dalam
perjalanan, Sukab berpikir tentang sepatu, dan keseriaan. ( hal 1).
“kamu jangan
pernah masuk rumah ini selama sepatu itu belum diganti, “sudah berapa kali aku
minta sepatu jelek itu dibuang? Aku jijik sama kamu. Pergi!”( hal 2).
Sebelum masuk
kantor, Sukab meninggalkan sepatunya ditukang sol sepatu diseberang jalan. Ia
berjalan sepanjang koridor sambil menenteng kaos kaki. Orang-orang melihatnya
berjalan tanpa sepatu. ( hal 2).
2. Latar
waktu
Latar waktu dalam cerpen ini adalah seperti yang
terdapat dalam data berikut:
Menjelang senja,
seorang mengetuk pintu ruangannya.
“pak ada tamu.”(
hal 2).
Malam pun
lengkap. Semua orang tertidur. Itulah saat benda-benda mati berbicara. ( hal
3).
Rembulan masih
terang. Lawa-lawa beterbangan.
Sepanjang malam
Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang
tidak bisa setia kepada siapa pun ia hanya setia kepada hidup. ( hal 4)
3. Latar
Sosial
Dalam latar sosial cerpen ini digambarkan dalkam
data berikut.
“apa salahnya
dengan membeli sepatu baru? Kita tidak hidup di zaman Orla, ketika uang seribu
bisa jad seratus rupiah. Sekarang sepatu lebih sari satu bukan kemewahan, kalau
ada yang bagus dan kita kepingin, ya beli saja, tidak usah menunggu yang lama
sampai rusak hancur tanpa sisa. Lagi pula kita kan tidak miskin-miskin amat?”
(hal 1).
E.
Amanat cerpen “Sukab dan
Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Di dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan
dituangkan sedemikian rupa oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari
seluruh cerita. Gagasan yang mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh
pengarangnya melalui solusi bagi pokok persoalan itu. Dengan kata lain solusi
yang dimunculkan pengaranngnya itu dimaksudkan untuk memecahkan pokok
persoalan, yang didalamnya akan terlibat pandangan hidup dan cita-cita
pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan amanat. Dengan demikian, amanat
merupakan keinginan pengarang untuk menyampaikan pesan atau nasihat kepada
pembacanya.
Jadi amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Sukab Dan
Sepatu karya Seno Gumira Ajidarma adalah jangan
suka membuang barang yang lama yang masih layak pakai, bersikap setia lah pada pilihan kita, setia kepada hidup. Data dari
amanat yang diampaikan sebagai berikut.
1. Jangan suka membuang barang yang sudah lama
yang masih layak dipakai. Data pada halaman 3
Dunia
kita pun sudah kuno Sukab, tapi manusia selalu berhasil memperbaharuinya kan?
Jangan suka membuang barang lama. Habis manis sampah dibuang. Tidak baik begitu
2. Bersikap
setia lah pada pilihan kita.
Sepatu Lama Kiri
bergeser mendekati Sepatu lama Kanan.
“Apakan kamu
akan tetap setia padaku,” bisiknya.
Sepatu Lama
Kanan menangguk-angguka.( hal. 3)
3. setialah
pada hidup kita sendiri
Sepanjang malam
Sukab tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sukab merasa selama ini ia memang
tidak bisa setia pada siapa pun ia hanya setia pada hidup.( hal. 4)
F.
Gaya cerpen
“Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian
gaya biasa disebut sebagai cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang
pengarang atau sebagai cara pemakaian bahasa spesifik oleh seorang pengarang.
Jadi, gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam memilih dan menggunakan
kata, kelompok kata, atau kalimat dan ungkapan atau bisa juga disebut majas kata
dalam cerita.
Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan
kata-kata yang atau kata-kata denotasi. Selain itu penggunaan tokoh bukan
manusia juga membuat cerita sepenuhnya menampilkan realitas sastra berupa
realitas imajiner yang dengan hidup diperankan dua pasang sepatu, menjadikan
tokoh bersifat antropomorfisme. Segi penggunaan tokoh semacam ini sangat jarang
digunakan dalam sastra Indonesia.
G. Sudut
Pandang ceren “Sukab dan Sepatu” karya Seno Gumira Ajidarma
Sudup pandang adalah bagai mana cara pandang
pengarang untuk mengambarkan tokoh yang terdapat dalam cerita atau karya
sastra. Sudut pandang yang ditampilkan pengaarang dalan cerpen ini adalah sudut
pandang nengan menggunakan orang kedua, yaitu dengan menggunakan nama-nama
tokoh sebagai pemeran utama dalam cerita, walaupun ceritanya berupa penceritaan
kisah terhadap seseorang yang ingin menggetahui apa arti kesetiaan, tetapi ia
tidak menggunakan tokoh aku, melaikan menggunakan peran orang kedua
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Cerpen Sukab Dan Sepatu karya Seno Gumira Ajidarma
ini merupakan sebuah cerpen yang menarik dan baik walaupun isinya singkat. Hal
ini dapat dilihat dari unsur-unsur
intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran. Adapun hasil
analisisnya cerpen ini adalah sebagai berikut.
1. Unsur-unsur
Intrinsik
a. Tema
Tema cerpen ini adalah
tentang kesetiaan
b. Amanat
Amanat
yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen ini adalah jangan bersifat habis
manis sampah dibuang, setialah pada pilihan kita, setialah pada diri sendiri.
c. Latar
Latar
yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar alur, dan latar sosial.
d. Alur
Alur
dalam cerpen ini adalah alur maju, karena cerita mengisahkan tentang bangaimana
seorang yang ingin mengetahui arti kesetiaan itu, yang pada akhir cerita
ditemukan jawaban tersebut.
e. Tokoh
Cerpen ini menggunakan empat pasang tokoh. Dua
pasang tokoh manusia dan dua pasang tokoh sepatu. Tokoh manusia merupakan dua pasang suami
istri: Lana dan Sukab serta Maya dan Sukab. Lalu, tokoh dua pasang sepatu:
sepatu lama dan sepatu baru.
1) Tokoh
Lana berprilaku lebih sederhana.
2) Tokoh
Sukab tidak tetap pada pendirian.
3) Tokoh
Maya berprilaku mewah-mewahan.
4) Sepatu
lama bersipat setia.
5) Sepatu
Baru sifatnya hanya bisa mengikuti, tetapi tetap setia.
f. Gaya
Gaya
yang digunakan dalam penulisan cerpen ini adalah seperi gaya konotasi dan
hiperbola, serta bersifat antropomorisme.
g. Sudut
pangang yang digunakan dalam cerita adalah orang pertama, yaitu menggunakan
nama-nama tokoh.
B.
Saran
Saran
yang dapat penulis sampaikan adalah, ketika membaca suatu cerpen hendaklah kita
lebih kritis lagi, sambil menikmati cerita yang disajikan, kita hendaknya juga
mengetahui bagai mana unsur-unsur instrinsiknya.
Kepada
masyarakat Indonesia, semoga lebih ditingkatkan lagi kegiatan membaca cerpen
yang bersifat mendidik karakter bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Sayuti, Suminto A.2000. Berkenalan dengan Prosa
Fiksi. Jogjakarta: Gama Media.
Sudjiman,
Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
http://yukngeblogyuk.blogspot.com/2009/04/metode-deskriptif-kualitatif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar