Selasa, 02 Februari 2016



Sambas, 3 Februari 2016

TUMPI’ TIPE’ JANGAN SAMPAI DICURI NEGARA TETANGGA
Oleh Adrianus Andika R

Erni bersama beberapa ibi-ibu sedang sibuk membuat sesuatu. Ya, sesuatu yang bisa dimakan, berbentuk setengah lingkaran dan seperti jala-jala. Namanya tumpi’ tipe’ (dalam bahasa Dayak Bakati)
Tumpii tipe’ adalah salah satu kue  tradisional Masyarakat Dayak Bakati di Dsesa Sebunga Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas.
Kue unik yang hampir berbentuk setengah lingkarang tersebut sangat digemari oleh Masyrakat Dayak Bakati Desa Sebung karena rasanya yang enak dan gurih, dan dijadikan makanan tradisional Masyarakat Dayak Bakati Desa Sebunga di kala pesta.
“Orang selalu menyajikan kue tersebut di kala pesta Padi Baru, pesta Gawai Dayak, Pesta Pernikahan, Pesta Sunatan”, tapi bisa juga dibuat pada hari-hari biasa kalau kita ingin sekali merasakannya”, kata Erni sembari sibuk mengoreng kue unik itu.
Saya pun dipersilahkan untuk mencicipi tumpi’ tipe’. Bila ditanya mengenaik kelezatanya, kue ini tidak kalah enaknya dengan kue-kue modern, seperti bolu dan kue-kue yang dijual di mal-mal. Tumpi tipe’ tersebut terbuat dari bahan-bahan yang sederhana. Tumpi’ tipe’ terbuat dari  tepung beras, tepung gandum, gula merah, air, dan minyak goreng yang digunakan untuk mengoreng kelak adonan telah siap.
Cara pembuatanyanya dimulai dengan menghancurkan gula merah dengan cara diiris kemudian di cairkan dengan air. Setelah itu, memasukan tepung gandum dan tepung beras dalam wadah. Mengenai perbandingan tepung gandung dan tepung beras, apabila tepung beras yang digunakan 1 kg, maka tepung gandumnya cukup 2 one. kemudian dicampur 1 liter air dan gula merah yang telah disiapkan sebelumya, bila menginginkan kuenya nanti lebih manis, maka kita hanya perlu menambah gula lebih banyak, sebaliknya bila tidak ingin terlalu manis, maka gula yang diberikan sedikit saja. Langkah seterusnya adalah campuran tersebut harus diadon dengan rata, sampai lengket. Kemudian langkah seterusnya adalah mengoreng adonannya.
Nah, untuk membuat kuenya berbentuk seperti jala, maka diperlukan cetakan berupa kaleng atau tempurung kelapa yang bagian bawahnya dibuat lobangkan-lobang kecil. Tujuannya supaya adonan yang dimasukan dalam cetakan bisa terus keluar dari lobang tersebut. Setelah adonan sudah dimasukan dalam cetakan, kemudian arahkan cetakan tepat di atas kuali yang berisi minyak panas. Ganggang cetakan kemudian dipukul-pukul (jangan terlalu kuat) supaya adonannya turun ke dalam kuali. Dibuat seperti bentuk jala yang bulat yang kemudian harus dilipat dalam keadaan panas (masih dalam kuali). Begitu seterusnya sampai adonannya habis digoreng. Setelah semuanya selesai, tumpi’ tipe’ siap disantap.
Selain menonjolkan kenunikan dan bahan yang sederhana, kue ini juga telah banyak dipelajari oleh orang yang berada di Negara tenatgga kita. mereka adalah orang Malaisia, yang berada di perbatasan. Mereka belajar membuat kue ini dari orang Indonesia yang berada di perbatasan. Perbatasan antara Desa Sebunga-Indonesia dengan Biawak-Malaysia.
“Dulu, yang pertama kali membuat kue ini adalah orang sini. tetapi orang Malaysia yang sering datang ke sini dan pernah merasakan keenakan tumpi’ tipe’ ini mereka jadi ingin belajar membuatnya”, Kata Gandut, Kepala Dusun Aping Desa Sebunga yang kebetulan bertamu di rumah Ibu Erni.
Alangkah ironisnya bila kue unik yang menjadi kue tradisional orang Indonesia yang tinggal di perbatasan, bila di caplok negara Malaysia sebagai miliknya. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi. Pemerintah seharusnya lebih mencelikkan matanya melihat kekayaan budaya bangsanya.
“Tumpi ini lebih dikenal oleh kebanyakan orang Malaysia yang tinggal diperbatasa dari pada orang kita, misalnya Desa Salako yang berbatasan dengan Desa Sebunga saja tidak tahu bagaiman membuat kue ini, mereka hanya tahu makan aja”, tukas Gandut.
Bila pemerinah ingin kekayaan budayanya menjadi aset yang sangat berharga. Maka langkah tepatnya adalah segera mempatentakn kebudayaannya, salah satunya tumpi’ tipe’, supaya keberadaanya tetap terlindungi (11/4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar