Selasa, 3 Februari 2016
Ketika
Produk Anyaman Tradisional Diganti Produk Plastik
Anyaman yang dibuat suku Dayak menunjukkan tingginya
selera seni dalam darah mereka.
Kalimantan Barat dikenal sebagai
pulau multi kultur. Banyak etnis mendiami pulau ini dengan segala ciri khas seni
budayanya. salah satunya adalah seni menganyam Suku Dayak. Suku Dayak terkenal
dengan kebudayaan seni anyamannya.
Baranyam anyaman
adalah pengetahuan Suku Dayak dalam hal anyam-menganyam. Bahan-bahan anyaman
umumnya berasal dari beberapa jenis rotan, buluh, batukng (sejenis bambu bambu), bamban, daun kelapa dan berbagai jenis kajakng
(daun pandan).
Seni Menganyam Suku Dayak sudah
tidak dapat diragukan lagi, bahkan alas tidur atau tikar yang mereka pakai
sehari-hari adalah hasil anyaman mereka sendiri. Bido (bahasa Dayak Bakatik) adalah sebutan dari tikar anyam yang berfungsi sebagi
alas tidur mereka. Bahan dasar anyamannya adalah kajang (daun pandan) yang telah dijemur dahulu. Selain
dibuat tikar mereka juga membuat topi khas yang biasa dipakai para laki-laki. Untuk
bahan bakunya, para laki-laki yang bertugas mencari di dalam hutan, sedangkan
para perempuan bertugas mengayamnya di rumah.
Dalam kegiatan anyam-menganyam
ini keahlian dan kepandaian tidak terbatas pada kaum wanita saja, kaum priapun
memiliki keahliannya sendiri. Kepandaian mereka (para orang tua) diwariskan
juga kepada anak-anaknya sehingga kita boleh menyaksikan betapa banyak para
remaja yang mahir melakukan pekerjaan tradisi ini. Soal hasil tak perlu
diragukan, kualitas seninya sangat bernilai tinggi.
Seiring perkembangan jaman,
anyaman tidak hanya tikar dan topi saja tetapi bahkan lebih dari itu. Anyaman
ini kini telah banyak bentuknya, misalnya tas, dompet, tempat pensil bahkan hiasan
dinding. tentu saja telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan pewarnaan yang
membuat produk ini semakin menarik.
Selain untuk keperluan sendiri,
mereka juga menjual hasil anyaman sebagai tambahan pencaharian. Dalam hal
jual-menjual ini, mereka masih sangat awam artinya soal pemasaran terhadap
hasil kerajinan berupa anyaman tersebut belum menjadi prioritas.
Tetapi kini sungguh disayangkan
kebudayaan warisan nenek moyang yang telah beratus-ratus tahun keberadaanya
sudah tergerus jaman. Sudah tidak banyak suku dayak yang masih menggeluti
kesenian ini. Tingkat kerumitan dalam pembuatan serta kesulitan memperoleh
bahan mentahnya menjadi pendukung kepunahan seni anyaman.
Hambatan lainya adalah segi
kepraktisan. Mereka lebih memilih produk plastik yang ringkas tinggal membeli
tanpa membuat. Produk praktis yang menjamur di pasaran lebih mudah diperoleh
dan tingkat harganya lebih murah.
Namun
demikian, anyaman yang dibuat Suku Dayak dengan tingkat kerumitan yang tinggi
menunjukkan tingginnya juga selera seni
dalam darah mereka.
Anyaman
yang merupakan tradisi Suku Dayak sejak jaman dahulu memiliki nilai tinggi,
sehingga sudah sepatutnya dilestarikan.
Seni
yang memiliki nilai tinggi ini perlu diperkenalkan kepada generasi muda, supaya
tetap terlestarikan. Diajarkan kepada generasi muda bagaimana cara menganyam
dengan teknik-teknik tertentu.
Tetapi
tidak hanya melestarikan seni anyamannya, yang tidak kalah pentingnya juga
adalah bagaimana menyediakan bahan baku anyaman tersebut. Agar mudah diperoleh
bahan baku anyamanya, maka hal yang paling tepat dilakukan adalah menanam bahan
bakunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar